Saturday 25 November 2017

Karakteristik Anak Sd Dalam Belajar Forex


Karakteristik Anak Usia SD. Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Seutelai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik. Perkembangan Anak Usia SD Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 8211 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan. 1. Perkembangan Fisik Siswa SD Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki8208laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 820813 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki8208laki, Sumantri dkk (2005). Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki8208laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki8208laki. Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kakimulai tumbuh cepat Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki8208laki. Anak laki8208laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12820813 tahun Anak laki8208laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13820816 tahun. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap Orgel atah sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri8208ciri seks primer dan sekunder. Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata8208rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki8208laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan8208perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas. 2. Perkembangan Kognitif Siswa SD Perkembangan kognitif mencakup perubahan 8211 perubahan dalam perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui Empatstadion: Sensorimotorik (082082 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya. Praoperasional (282087 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata8208kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis Operational Kongkrit (7820811), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit Opernformale (12820815 tahun). Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia 3. Perkembangan Psikososial Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial. Menjelang masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak8208kanaknya. Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka dewasa. Mereka merasa saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap Ich kann es selbst tun. Mereka sudah mampu untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah menggunakan perbandingan sosial (sozialer Vergleich) terutama untuk norma8208norma sosial dan kesesuaian jenis8208jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak8208anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri. Seutelai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki8208laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius Teman8208teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa Anak Pra Remaja Memilih Guru Mereka Sebagai Modell. Sementara itu, ada beberapa anak membah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, Beberapa Anak Mungkin Secara Terbukamenentang Gurunya. Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimanamereka berperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan8208kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Pada Remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun, umumnya telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas. Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD 1. Anak SD Senang Bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih 8211 lebih untuk kelas rendah. Guru SD Seyogyanya Merancang Modell pembelajaran Yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru Hendaknya Mengembangkan Modell Pengajaran Yang Serius Tapi Santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yangmengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). 2. Anak SD Senang Bergerak. Orang dewasa dapat duduk berjam8208jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh Karena Itu, Guru Hendaknya Merancang Modell Pembelajaran Yang Memungkinkan Anak Berpindah Atau Bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. 3. Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok. Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek8208 aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti. Belajar memenuhi aturan8208 aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang modell pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja Atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang modell pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam6 kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 382084 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Anak SD Senang Merasakan atau Melakukanmemperagakan Sesuatu Secara Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep8208 konsep baru dengan konsep8208konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep8208konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi8208fungsi badan, pera jenis kelamin, moralisch, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan Demikian Guru Hendaknya Merancang Modell Pembelajaran Yang Memungkinkan Anak Terlibat Langsung Dalam Proses Pembelajaran. Seychai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arahmana angina saat itu bertiup. Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakanmelakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Menurut Havighurst Tugas Perkembangan Anak Usia SD Adalah Sebagai Berichut. ein. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik, b. Membangun hidup sehatmengenai dirisendiri dan lingkungan. C. Belajar bergaul dan bekerja dalamkelompok sebaya, d. Belajarmenjalankan peranan sosialsesuai dengan jenis kelamin e. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Agar mampu berpartisipasi dalammasyarakat, f. Mengembangkan konsep8208konsep hidup yang perlu dalamlehidupan G. Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai8208nilaisebagai pedoman perilaku. H. Mencapai kemandirian pribadi Tugas perkembangan tersebut mendorong guru SD untuk menciptkaan Lingkungan teman sebaya Yang mengajarkan keterampilan fisik, melaksanakan pembelajaran Yang memberikan kesempatan kepada Siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang, mengembangkan kegiatan pembelajaran Yang memberikan pengalaman Yang konkret atau langsung dalam membangun konsep serta melaksanakan pembelajaran Yang dapat mengembangkan nilai8208nilai sehingga Siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya. Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Geschrieben von admin am Montag, 30. Juli 2012 um 2:11 Uhr A. Strategi Pembelajaran Matematika SD Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika pemecahan masalah, Merupakan fokus kegiatan (Diknas, 2004: 78). Sedangkan definisi pembelajaran adalah sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng, 1997: 7). Dengan pengertian di atas bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai, suatu kegiatan yang mermberikan fasilitas belajar yang baik sehingga terjadi proses belajar (Harmini, 2005: 3). Sehingga strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas belajar sehingga memperlancar tujuan belajar matematika (Hudoyo dalam Harmini, 2004: 9). Strategi Pembelajaran Matematika SD Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan kegiatan Yang dipilih Guru dalam Suatu proses pembelajaran Yang meliputi: Kemana proses pembelajaran matematika Apa yang Menjadi isi Dari proses pembelajaran matematika Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran matematika Sejauh mana proses pembelajaran matematika tersebut berhasil Keempat Aspek tersebut membentuk terjadinya proses pembelajaran. Adanya interaksi siswa dengan guru dibangun atas dasar keempat unsur di atas Pengetahuan tentang matematika mencakup pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan konseptual mengacu pada pemahaman konsep, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada keterampilan melakukan sesuatu prosedur pengajaran. Dua hal penting yang merupakan, bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat dengan berpikir kritis dan kreatif (Karso, 2005: 2-17) untuk mengembangkan dua hal tersebut haruslah dapat mengembangkan imajinasi anak dan rasa ingin tahu. Dua hal tersebut harus dikembangkan dan ditumbuhkan, siswa diberi kesempatan berpendapat, bertanya, sehingga proses pembelajaran matematika lebih bermakna. Dalam pembelajaran ini guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang melibatkan keaktifan siswa, baik secara mental maupun fisiknya. Dämpfen itu optimisasi interaksi dan optimalisasi seluruh indera siswa harus terlibat. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep, dalam pemahamannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, mengingat objek matematika adalah abstrak. Karena objeknya abstrakt maka penanaman konsep matematika di sekolah dasar sedapat mungkin di mulai dari penyajian Konkret. Selain itu dalam belajar matematika, siswa memerlukan suatu dorongan (motivasi) yang tinggi. Kurangnya dorongan seringkali menimbulkan siswa mengalami patah semangat Dengan Demikian Guru Haruslah Pandai-Pandai Dalam Memilih Metode, Strategi Dan Medien Yang Diperlukan, Salah Satu Untuk Meningkatkan Motivasi Adalah Dengan Menggunakan Alat Peraga Atau Sumber Belajar Lingkungan Khususnya Benda-Benda Konkret Sekitar Siswa. Dengan Demikian, Guru Pada Merencanakan Dan Melaksanakan Pembelajaran Matematika Dengan Mengupayakan Suasana Kelas Yang Menantang, Menyenangkan. Hal ini memungkinkan situasi lebih kreatif dan aktif. B. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep operasi dan prinsip. Menurut Sudjadi (1994: 1), pendapat tentang matematika tampak adanya kelainan antara satu dengan lainnya, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau karakteristik yang sama, antara lain: Memiliki obyek kajian abstrakt Bertumpuh pada kesepakatan Berpola pikir deduktif Dari pendapat di atas dapat disimpulkan Bahwa dalam memodelkan pembelajaran matematika di sekolah dasar hendaknya dimulai dengan hal-hal yang Konkret. Dalam Depdikbud (1993) disebutkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman pemahaman yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan dalam Gipayana, Muhana dkk (2005. 141 ) Karakterisrik diantaranya meliputi menggunakan dunia nyata Di samping itu pembelajaran matematika adalah berjenjang atau bertahap, dalam pembelajaran dimulai dari konsep yang sederhana menuju ke konsep yang lebih sukar. (Karso, 2005: 2-16) Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya (Karso, 2005: 2-16) 2005: 2-16) C. Hakekat Anak Didik dalam Pembelajaran Matematika di SD 1. Anak dalam Pembelajaran Matematika di SD Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Dan tahap berpikirnya belum formale masih relatif Konkret, sehingga apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli serta apa yang dapat diterima orang yang berlatih mempelajarinya merupakan hal yang tidak masuk akal dan haingungkan bagi anak-anak. (Karso, 2005: 1-5) Dari kenyataan di atas maka peneliti berpendapat bahwa jika dalam melaksanakan modell pembelajaran hendaknya menggunakan benda-benda Konkret sekitar siswa. 2. Anak Sebagai Individu yang Berkembang Sesuatu Yang Mudah Menurut Logika Berpikir Kita Sebagai Orang Dewasa Belum Tentu Dianggap Mudah Oleh Logika Berpikir Anak, Malahan Mungkin Anak Mengganggap Itu Adalah Sesuatu Yang Sulit Untuk Dimengerti, Hal Ini Sesuai Dengan Pendapat Jean Piaget DKK (Dalam Karso, 2005: 1-6) dinyatakan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti orang dewasa. Hal ini tugas guru sebagai penolong anak untuk membentuk, mengembangkan kemampuan intelektualnya yang maksimal sangat diperlukan. 3. Kesiapan Intelektual Anak Kebanyakan para ahli jiwa percaya bahwa jika akan memberikan pelajaran tentang sesuatu kepada anak didik, maka kita harus memperhatikan tingkat perkembangan berpikir anak. Teidi tingkat perkembangan berpikir anak ada empat tahap (Jean Piaget dan Karso, 2005: 1-6), diantaranya: tahap sesuai motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun), tahap operasional awalpra operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional operasional Konkret (usia 7-11 atau 12 tahun) dan tahap operasional formale operasi formal (usia 11 tahun ke atas). Usia SD pada umumnya pada tahap berpikir operasional konkret, siswa dalam tahapan ini memahami hukum kekekalan, tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif, sehingga dalil-dalil matematika belum dimengerti. Hal ini mengakibatkan bila mengajarkan bahasan harus diberikan bagi siswa yang sudah siap intelektualnya. Strategi Pembelajaran Matematika SD D. Tingkat Pemahaman Usia SD Tingkat Pemahaman usia SD merupakan tahapan perkembangan intelektual atau berpikir anak SD (Karso, 2005: 1-10). Dalam hal ini anak masih mengalami kesulitan merumuskan definisi dengan kata-kata sendiri, gurulah bertugas untuk membimbingnya. Uraian di atas jelas bahwa anak itu bukanlah tiruan dari orang dewasa, anak bukan bentuk mikro dari orang dewasa. Intelektual anak berbeda dengan orang dewasa, dan cara berpikirnya pun berbeda. Bertolak dari teori Piaget tersebut di atas bahwa kesiapan untuk belajar dan bagaimana berpikir mereka itu berubah sesuai dengan perkembangan usianya, hal ini diperlukan agar tingkat pemahaman anak terhadap pelajaran matematika lebih baik. Jika pemahaman pelajaran baik dan maka tingkat kemampuan siswa dapat ditingkatkan. E. Teori Belajar Bruner Hal-hal yang dapat dinyatakan sebagai proses belajar menurut Bruner dalam Karso (2005: 1-12) di bagi dalam tiga tahapan yaitu: 1. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) Pada tahun awal ini anak belajar konsep berhubungan Dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitar 2. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic) Pada tahap ini anak tetap mengubah, menandai dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan dalam kata lain anak dapat membayangkan kembali tentang bendaperistiwa yang dialami. 3. Tahap Simbolik (Symbolik) Pada tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Dalam hal ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol atau penjelasan Dari apa yang dirancang oleh Bruner ini, hendaknya dapat dijadikan guru sebagai dasar untuk merancang modell pembelajaran. Sehingga dapat mempermudah pemahaman dan keberhasilan anak dalam pembelajaran matematika. F. Peranan Medien dalam Pembelajaran Matematika Tiap Anak Didik Memiliki Kemampuan Indera Yang Berbeda Atau Tidak Sama. Maka peranan media dalam modell pembelajaran sangat diperlukan Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (1986. 15) dinyatakan bahwa medien sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan kegiatan belajar mengajar. Menurut Enzyklopädie der Erziehungsforschung dalam Oemar Hamalik (1980: 27) bahwa manfaat medien pendidikan diantaranya: (1) Meletakkan dasar-dasar yang Konkret untuk berpikir dan oleh karena itu mengulangi verbalisme. (2) Memperbesar perhatian para siswa (3) Memberikan Pengalaman Yang Nyata Menimbulkan Kegiatan Berusaha Sendiri di Kalangan Siswa. Dari Pengertian di Atas Bahwa Medien mempunyai Peranan Yang Sangat Penting Dalam Proses Pembelajaran. Peranan guru dalam keterampilan atau bervariasi penggunaan medien sempat menentukan keberhasilanoptimal. Pencapaian tujuan Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (1997, 128-219) dinyatakan bahwa keuntungannya adalah manarik perhatian anak pada tingkat yang tinggi dan menyajikan pengalaman riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak. Dari uraian di atas penulis berendapat bahwa dengan adanya medien dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif, mandiri dan terlibat kegiatan langsung, bebas menyusun dan memanipulasi benda tersebut sehingga berperan untuk membranen mengefektifkan komunikasi dan menciptakan interaksi dalam kegiatan. Depdiknas, 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas I sd VI. Jakarta Depdiknas Djamarah, 1997. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta PT Rineka Cipta Depdikbud, 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Matematika. Jakarta Depdikbud Hamalik Oemar, 1980. Medien Pendidikan. Bandung Alumni Karso, 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta Pusat Pendidikan UT Soedjadi, 1994. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesien. Jakarta Dikti

No comments:

Post a Comment